Kota kita kali ini tak sehirukpikuk biasanya. Lengang dan
kesepian menghias jalanan. Kemana sebagian besar penghuji kota? Mudik, kata
mereka. Lalu, apakah itu mudik?
Mudik itu tradisi Islam Indonesia. Di jaman Nabi, gak ada.
Maka, yang bilang bid'ah, ya jangan mudik. Nanti kena ludah sendiri, sesat! Dan
yang dituduh bid'ah, bersabarlah. Maafkan mereka.
Mudik itu kembali. Kembali ke asal mula. Kembali ke desa.
Kembali ke orang tua. Bahkan jika mereka sudah tiada, dicari untuk bersimpuh di
pusaranya. Menabur bunga dan memanjatkan doa.
Mudik harusnya bisa membuat kita kembali sebagai orang udik.
Wong ndeso! Bukan malah berlagak kota tapi katrok! Melupakan diri dengan tata
krama, pamer harta dan benda mewah lainnya.
Mudik itu kembali kepada fitri. Artinya kembali berbuka
setelah puasa. Jadi, bukalah lembar hari-harimu berikutnya dengan yang manis
dan baik. Banyaklah berderma.
Fitri itu sunnatullah. Kembali fitri adalah kembali kepada
aturan-Nya. Maka mudik harus diniatkan kembali hidup teratur dalam harmoni
dengan sesama dan Sang Pencipta.
Mudik juga tak mengenal jauh atau dekat. Ikhlas dengan letih
dan cucuran keringat. Waspada rambu-rambu agar selamat. Demikian isyarat
riyadhah menuju bahagia di akhirat.
Selamat menikmati kebersamaan di desa. Atau saat bersama
sanak saudara di mana saja. Dengan berbagi suka dan derma. Menjalin doa dan
silaturahim dalam keluarga.
Dan saat kembali ke kota, jagalah diri dan waspada.
Janganlah menjadi kacang yang lupa kulitnya. Janganlah menjadi hamba yang lupa
aturan-aturan-Nya.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.Taqabbalallah
minna wa minkum
Selamat Idul Fitri 1438H
Minal Aidin wal Faizin
Mohon maaf lahir batin
DR. H. M. Thohir Munawar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar